Proses Pembentukan Bahasa Alay

Sudarsani (2012) mengemukakan teknis pembentukan penulisan ragam bahasa alay ada 4 cara yaitu:
1. Menulis kalimat dengan mencampuradukan antara bahasa asing dengan bahasa Indonesia. Contoh aq agy dHuMz yang maksudnya ‘aku lagi di rumah’, untuk kata rumah menjadi (yaitu home dalam bahasa Inggris)
2. Kata-kata bahasa Indonesia yang digunakan divariasikan hurufnya. Contohnya yang paling umum, mengganti huruf “k” menjadi “q” maksudnya ‘aku’ menjadi “aqu”, huruf “t” menjadi “d” atau “dh” seperti kata “ingat” menjadi “ingadh”.
3. Pengulangan huruf dalam satu kata berulang-ulang tanpa pemaknaan berarti dan menambahkan huruf lagi di belakangnya. Contohnya menulis “dalam” dengan “dalemmb” atau menulis “jalan” dengan “jallanndt”.
4. Penulisan dengan cara pencampuran huruf besar, huruf kecil, terkadang dengan angka serta simbol-simbol.

Ragam bahasa alay sebagian juga terdapat dalam proses pembentukan ragam bahasa gaul. Menurut Mastuti (2008: 56-58) proses pembentukan ragam bahasa gaul mempunyai 11 cara yaitu:
1. Proses nasalisasi “kata kerja aktif –in” untuk membentuk kata kerja aktif transitif
2. Bentuk pasif 1 : “di + kata dasar + in”
3. Bentuk pasif 2: “ke + kata dasar”
4. Penghilangan huruf (fonem) awal.
5. Penghilangan huruf “h” pada awal suku kata bentuk baku.
6. Pemendekan kata atau kontraksi dari dua kata yang berbeda.
7. Penggunaan istilah lain.
8. Penggantian huruf “a” dengan “e”.
9. Penggantian diftong ‘au’ dengan ‘o’ dan ‘ai’ dengan ‘e’.
10. Pengindonesiaan bahasa asing (Inggris).
11. Penggunaan bahasa Inggris secara utuh.

Selain itu, menurut Mastuti (2008: 70) ragam bahasa gaul juga dapat dibentuk dari singkatan atau akronim, serta istilah-istilah baru yang sangat asing dan bahkan tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Sedangkan menurut Badudu (1985: 63) ada beberapa gejala bahasa yang meliputi: (1) penambahan fonem (protesis, epentesis, paragog) (2) penghilangan fonem (aferesis, sinkop, apokop), (3) kontraksi (4) metatesis, (5) adaptasi.
Menurut Fanayun (2010: 64) proses pembentukan kata ragam bahasa alay ada empat cara, yaitu: (1) kombinasi huruf kapital dan huruf kecil, (2) kombinasi huruf dan angka, (3) kombinasi lain, (4) kombinasi huruf, angka, simbol dan singkatan.
Dari keempat pendapat tersebut, peneliti menggabungkan dan menyuntingnya sehingga ada delapan macam proses pembentukan kata ragam bahasa alay, yaitu: (1) penambahan fonem; (protesis, epentesis, paragog), (2) penghilangan fonem; (aferesis, sinkop, apokop), (3) pemendekan; (singkatan, akronim), (4) penggunaan istilah lain, (5) penggantian huruf, (6) kombinasi huruf kapital dan kecil, (7) kombinasi huruf dan angka, (8) kombinasi huruf, angka, simbol dan singkatan.
1. Penambahan Fonem
Penambahan fonem dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: Protesis, epentesis dan paragog (Badudu, 1985: 63).
a. Protesis
Protesis adalah penambahan fonem di depan kata (Badudu, 1985: 63). Sedangkan Depdiknas (2008: 1107) protesis adalah penambahan vokal atau konsonan di awal kata. Misalnya:
lihat ngelihat
rasa ngerasa

b. Epentesis
Epentesis adalah penambahan fonem di tengah kata (Badudu, 1985: 63). Sedangkan Depdiknas (2008: 377) epentesis adalah penambahan vokal atau konsonan di tengah kata. Misalnya:
perih peurih
apa apha

c. Paragog
Paragog adalah penambahan fonem di akhir kata (Badudu, 1985: 63). Sedangkan Depdiknas (2008: 1020) paragog adalah penambahan fonem atau bunyi di akhir sebuah kata. Misalnya:
aku akuh
ini inih

2. Penghilangan Fonem.
Menurut Badudu (1985: 63) gejala penghilangan atau penanggalan fonem dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu aferesis, sinkop dan apokop.
a. Aferesis
Aferesis adalah penghilangan fonem pada awal kata (Badudu,1985: 63), sedangkan Depdiknas (2008: 14) aferesis adalah penanggalan huruf awal atau suku awal kata. Misalnya:
semua mua
sama ama

b. Sinkop
Sinkop adalah proses penghilangan fonem di tengah kata (Badudu,1985: 63). Sedangkan Depdiknas (2008: 1314) sinkop adalah hilangnya bunyi atau huruf di tengah kata. Misalnya:
bangun banun
mau mu

c. Apokop
Apokop adalah proses penghilangan fonem pada akhir kata (Badudu,1985: 63). Depdiknas (2008: 82) apokop adalah hilangnya satu bunyi atau lebih pada akhir sebuah kata. Misalnya:
ada ad
apa ap

3. Pemendekan
a. Singkatan
Singkatan adalah salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, yang dieja huruf demi huruf (Kridalaksana, 1992: 162). Depdiknas (2008: 1313) singkatan adalah hasil menyingkat (memendekan) berupa huruf atau gabungan huruf. Sedangkan menurut Wijana (2010: 18) singkatan merupakan satuan ekspresi bahasa gaul yang dikreasikan dengan singkatan-singkatan huruf awal (abreviasi). Misalnya:
BOS Bekas Orang Susah
BF Best Friend (teman baik)
MARS Mahasiswa Alim Rajin Sembahyah

b. Akronim
Akronim adalah proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik bahasa Indonesia (Kridalaksana, 1992: 162). Depdiknas (2008: 29) akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Sedangkan menurut Wijana (2010: 21) akronim merupakan gabungan suku pembentuk frasa sehingga diucapkan seperti kata biasa. Misalnya:
gaje gak jelas
hadija hati-hati di jalan
novi nonton tv

4. Penggunaan Istilah Lain
Depdiknas (2008: 552) menyatakan istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Ada dua macam istilah: (a) istilah khusus; dan (b) istilah umum. Istilah khusus adalah kata yang pemakainya dan maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu, sedangkan istilah umum ialah kata yang menjadi unsur bahasa umum. Misalnya:
beud ‘banget/sangat’
bokap ‘bapak’
sohib ‘sahabat’

5. Penggantian Huruf
Penggantian huruf terdapat dalam bahasa tulis. Menurut Wijana (2010: 27) dalam bahasa lisan terdapat perubahan bunyi (vokal dan konsonan) yaitu seperti dalam perubahan yang dilakukan untuk meniru ucapan anak-anak. Misalnya:
celamat ‘selamat’
chayang ‘sayang’
teyuz ‘terus’
tatut ‘takut’

6. Kombinasi Huruf Kapital dan Huruf Kecil
Kombinasi huruf kapital dan huruf kecil adalah ragam bahasa alay yang menggunakan huruf kecil kemudian dikombinasikan dengan huruf kapital dengan beberapa singkatan (Fanayun, 2010: 64). Misalnya:
mBrikan ‘memberikan’
sLmNa ‘selamanya’
pJaLnaN ‘perjalanan’
KrMat ‘keramat’
sMpUrNa ‘sempurna’

7. Kombinasi Huruf dan Angka
Kombinasi huruf dan angka adalah ragam bahasa alay yang menggunakan angka sebagai pengganti huruf (Fanayun, 2010: 64). Misalnya:
Angka 1
Makna: l, L
Contoh: k1o g1tu ‘kalo gitu’

Angka 2
Makna: Z, tu (two)
Contoh: 2mN kYk g2 ‘zaman kayak gitu’

Angka 3
Makna: E
Contoh: b3zok pRgi ma3n yukzz ‘besok pergi maen yuk’

Angka 4
Makna: untuk (for)
Contoh: thx 4coment ‘thanks buat commentnya’

Angka 5
Makna: S, ma
Contoh: 5g mw kcNa 5 cpa? ‘mang mau ke sana sama siapa?’

Angka 6
Makna: G, ga, gi, gue
Contoh: w 6 tw jd tw ga ‘gue nggak tahu jadi atau nggak’

Angka 7
Makna: L, T
Contoh: 7eLaKi boaYa dRa7z ‘lelaki buaya darat’

Angka 8
Makna: B, eight, eit (seperti di c8= ceit pelafalan untuk chat atau sk8er = skeiter)
Contoh: kMrEntz w 8iz c8 m dY ‘kemarin aku habis chat sama dia’
Angka 9
Makna: G, P
Contoh: 9 teu ‘nggak tahu’

Angka 0
Makna O
Contoh: naMe w iN0 ‘nama gue ino’

8. Kombinasi Huruf, Angka, Simbol, dan singkatan
Kombinasi huruf, angka, simbol, dan singkatan adalah ragam bahasa alay yang menggunakan simbol-simbol yang dikenal atau pun tidak bagi orang lain. Dalam pemilihan simbol yang terpenting adalah kemiripan simbol dengan aksara tertentu dalam bahasa Indonesia (Fanayun, 2010: 64).
@ = a
Contoh: di@m tanPa k@ta ‘diam tanpa kata’

! = i
Contoh: mn9k!n nNt! ‘mungkin nanti’

$ = s
Contoh: $Y4Pa b’RniE ‘siapa berani’

& = dan
Contoh: qyu, qMoo, & dYa ‘aku, kamu dan dia’

“ = diulang dua kali
Contoh: jLan” ‘jalan-jalan’

Leave a comment